YOGYAKARTA – Satu perbahasan buku "The Miracle of Shaheed", keajaiban jasad para syuhada yang tidak binasa dari pandangan kedoktoran telah diadakan di Masjid Al Mujahidin, Kampus Universiti Negeri Yogyakarta. Dua panel telah mengupas isu tersebut iaitu ustaz Fuad Alhadzimi, mantan Imam Masjid Al Hijrah Tempe, Sidney, Australia dan Dr Wahyu Alamsyah, pakar bedah Fakulti kedoktoran Universitas Gajah Mada (UGM).
Dr Wahyu, yang mengupas bagaimana jasad orang yang meninggal menuju proses pembusukan. Ia akan mulai proses dekomposisi (pembusukan) atau degradasi tubuh mayat akibat proses autolisi dan aktiviti mikroorganisme. Maksima lima hari maka jasad orang mati sudah akan membusuk, diikuti proses lain seperti perut menggelembung, scrotum (alat kelamin) membesar dan lain-lainnya sebagai seperti di jelaskan dalam buku dibicarakan.
Doktor yang bertugas di UGM ini juga menceritakan pengalaman yang ia ketahui saat merawat satu jasad orang mati. Diceritakan seorang doktor di luar negeri menerima jenazah orang yang sudah meninggal, kemudian doktor tersebut cuba memeriksa, tapi sayup-sayup dia mendengar suara azan, kemudian doktor tersebut mengambil stetoskop dan meletakkan di dada jenazah tersebut, ternyata suara azan berasal dari jenazah itu. Dokter itu kemudian memanggil jururawat dan petugas lain untuk membantu memeriksa, ternyata orang lain juga mendengar hal yang sama. Setelah di cari maklumat tentang si mayat tersebut, beliau adalah seorang yang ketika hidup bertugas sebagai muazin, lelaki itu tidak pernah terlambat solat dan selalu rajin ke masjid.
Ketika menceritakan hal tersebut, Dr Wahyu sempat terhenti dan menitiskan air mata. Doktor Wahyu menjelaskan proses pembusukan mayat melalui kerja mikroba, sejenis makhluk bernama mikroba yang dijelaskan sebagai "pasukan Allah" untuk mendegradasi atau membusukkan mayat hingga hancur. "Namun yang mengherankan perintah mikroba untuk menghancurkan mayat ini tidak berlaku pada jasad para nabi, syuhada dan orang-orang yang hafal Al Qur'an," jelas dr Wahyu.
Islam sendiri banyak menceritakan tentang kelebihan sebagai muazin bahkan di negara kita lebih dikenali dengan panggilan tok Bilal. disandarkan kepada Bilal bin Rabah, muazin pertama Rasulullah Saw. Bahkan diriwayatkan semua muazin didunia ini akan bersaf-saf berada dibelakang bilal bin rabah yang membawa bendera muazin menuju ke syurga sebagai sfafaat.
Pernahkah kita melaungkan azan di masjid atau surau? Berapakali kah kita azan dalam sejarah hidup kita? Tak pernah sekali kah? Adakah ketika anak kita dilahirkan, tak pernahkah kita sendiri yang mengazan dan mengiqamahkan telinga kanan dan kiri anak kita sendiri. kalau tidak... belajar-belajar dan coba-cobalah lakukan disurau tersorok kampung anda walau sekali. Semoga ia memberi syafaat kepada kita, i'Allah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan